Senin, 28 November 2011

laporan PKL budidaya kangkung hodroponik dengan sistem aeroponik

USUL PRAKTIK KERJA LAPANG




BUDIDAYA KANGKUNG (Ipomoea reptans. F.) SECARA HIDROPONIK DENGAN SISTEM AEROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR








Oleh :
Kevin Andree
NIM A1L008027











KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011




USUL PRAKTIK KERJA LAPANG




BUDIDAYA KANGKUNG (Ipomoea reptans. F.) SECARA HIDROPONIK DENGAN SISTEM AEROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR









Oleh :
Kevin Andree
NIM A1L008027




Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011




USUL PRAKTIK KERJA LAPANG





BUDIDAYA KANGKUNG (Ipomoea reptans. F.) SECARA HIDROPONIK DENGAN SISTEM AEROPONIK DI PARUNG FARM, BOGOR



Oleh :
Kevin Andree
NIM A1L008027





Diterima dan disetujui
Tanggal :





Mengetahui,
Pembantu Dekan I,





Dr. Ir. Ponendi Hidayat, M.P.
NIP.19610920 198803 1 003
Pembimbing,






Ir. Herminanto, S.U, M.Agr.Sc
NIP. 19530626 197701 1 001


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer. Kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan Australia, dan Afrika. Di Cina, sayuran ini dikenal sebagai weng cai. Di negara Eropa, kangkung biasanya disebut swamp cabbage, water convovulus, atau water spinach.
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke. Kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalm Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga atau dijual ke pasar.
Jenis kangkung ada dua macam, yaitu kangkung air dan kangkung darat. Adapun ciri khusus kangkung air:
1.    Daunnya tidak begitu panjang
2.    Daunnya tidak begitu keras, melaikan ada yang sangat lemas daunnya. Kangkung yang berdaun lemas inilah yang dicari oleh setiap orang.
Ciri khusus kangkung darat:
1.    Daun putih
2.    Batang putih dan keras
Tanaman kangkung di Indonesia juga dikenal oleh masyarakat, karena dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia. Kangkung biasanya dapat dikonsumsi sebagai lalapan dengan ditemani sambal sebagai pelengkap dalam makanan. Kangkung juga sebagai sayuran dalam pembuatan tumis kangkung atau pelencing kangkung. Hal ini membuktikan bahwa kangkung sebagai sayuran yang dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai santapan sehari-hari.
Menurut data Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, ternyata kangkung mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Zat makanan itu mempunyai komposisi yang tersedia dalam 100 g kangkung yang tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Kandungan zat gizi dalam 100 g kangkung
Komposisi Gizi
Banyaknya Kandungan Gizi
Kalori
29 kal
Protein
3 g
Lemak
0,3 g
Karbohidrat
5,4 g
Serat
-
Kalsium
73 mg
Fosfor
50 mg
Zat Besi
2,5 mg
Natrium
-
Kalium
-
Vitamin A
6.300 S.I
Vitamin B1
0,07 mg
Vitamin B2
-
Vitamin C
32 mg
Niacin
-
Air
89,7 g
Sumber: Rukmana, 2005
Tabel 1. menjelaskan bahwa dengan mengkonsumsi 100g kangkung konsumen sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh, karena kandungan dan komposisi gizi sudah tepat manfaat.
Apabila mendengar hidroponik tentunya yang terlintas dalam pikiran adalah cara menanam buah atau sayuran bukan di atas tanah melainkan menggunakan tempat lain seperti (batu, arang, abu sekam dan lainnya). Tanaman hidroponik bisa temui di lingkungan perumahan daerah perkotaan,  karena tanah di kota terbatas dan kalaupun ada harganya relatif mahal, maka orang mencari cara agar dapat bercocok tanam dengan lahan yang terbatas yaitu dengan cara hidroponik. Percobaan tentang ilmu nutrisi sudah dimulai sejak abad ke 16 dengan mengembangkan pertanian hidroponik dan sejak saat itu pertanian high-technology ini semakin populer dan dikenal di seluruh dunia. Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja. Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation dan soilless culture). Awalnya, bertanam secara hidroponik menggunakan medium yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro (Abdul Azis. 2006).









Sistem penanaman secara hidroponik mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem penanaman di tanah. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2 (Prihmantoro, 1996).
Tabel 2. Perbandingan sistem penanaman secara hidroponik dengan di tanah
Penanaman secara hidroponik
Penanaman di tanah
  1. Bekerja secara bersih, semuanya dalam keadaan steril.
Bekerja tidak bersih, tidak dalam keadaan steril.
  1. Nutrien yang diberikan digunakan secara efesien oleh tanaman.
Penggunaan nutrien oleh tanaman kurang efesien.
  1. Nutrien yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman karena tidak ada zat lain yang mungkin dapat bereaksi dengan nutrien.
Nutrien yang diberikan dapat bereaksi dengan zat yang mungkin terdapat di dalam tanah (karena tanah tidak steril).
  1. Tanaman bebas dari gulma.
Gulma sering tumbuh di tanah.
  1. Tanaman lebih jarang terserang hama dan penyakit.
Tanaman lebih sering terserang hama dan penyakit.
  1. Pertumbuhan tanaman lebih terkontrol.
Pertumbuhan tanaman kurang terkontrol.
  1. Tanaman sayuran dapat berproduksi dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.
Kuantitas dan kualitas produksi tanaman kurang.

  1. Pertanian hidroponik mempunyai
ciri:
    1. Lahan yang dibutuhkan sempit
    2. Kesuburan dapat diatur
    3. Nilai jualnya tinggi
Pertanian dengan tanah mempunyai ciri:
a.       Lahan yang dipakai lebih luas
b.      Mengandalkan kesuburan tanah
c.       Nilai jualnya tidak begitu tinggi
           
Dengan melihat Tabel 2. teknik budidaya secara hidroponik lebih mudah dilakukan dan tingkat kerugian akan hama penyakit juga sedikit, dan hidroponik hasil panennya jauh lebih sehat karena terbebas dari penggunaan pestisida.
Sehubungan sistem budidaya secara hidroponik belum banyak dilakukan petani maka penulis ingin mempelajari dan mempraktikkan secara detail teknik budidaya kangkung secara hidroponik di Parung Farm.
Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Cara ini belum sefamiliar cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT - Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata penyusunnya, yaitu terdiri atas aero-phonic. Aero berarti udara, dan phonic artinya cara budidaya, arti secara harafiah adalah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan sistem pengkabutan, akar tanamannya menggantung di udara tanpa medium (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara penyemprotan ke akarnya (Sutiyoso, Y. 2003).
B. Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari kerja praktik ini antara lain :
1.        Mempelajari teknik budidaya tanaman kangkung secara hidroponik dengan sistem aeroponik di Parung Farm, Bogor.
2.        Mempraktekan secara langsung teknik budidaya tanaman kangkung secara hidroponik dengan sistem aeroponik di Parung Farm, Bogor.
3.        Menganalisis dan mengkaji permasalahan yang muncul dari teknik budidaya secara hidroponik dengan konsep aeroponik dan mencoba untuk memecahkan masalah tersebut.
C. Manfaat Kerja Praktik
Manfaat dari kerja praktik ini meliputi :
1.        Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai teknik budidaya hidroponik yang digunakan di Parung Farm, Bogor.
2.        Dapat mengetahui teknik yang diterapkan pada teknik budidaya secara hidroponik.
3.        Dapat mengetahui dan memperoleh pengalaman mengenai organisasi di bidang pertanian.
4.        Dapat mempraktekan budidaya secara hidroponik dengan sistem aeroponik setelah selesai kerja praktik.

















II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Tanaman Kangkung
            Kangkung (Ipomoea reptans. F.) adalah jenis sayuran daun yang dimanfaatkan atau di konsumsi segar sebagai lalapan dan sayuran penyegar. Sayuran ini banyak mengandung Vitamin A dan Vitamian C dengan sumber mineral terutama fosfor dan kalsium yang sangat dibutuhkan bagi tubuh manusia (Rukmana, 2005).
Kangkung merupakan tanaman yang banyak diual di pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tanaman yang dapat dijumpai diberbagai kawasan berair. Tanaman ini baru mendapatkan perhatian untuk dibudidayakan setelah diketahui mempunyai manfaat sebagai bahan makanan sayuran yang memiliki kandungan gizi yang baik. Di samping itu, tanaman kangkung diketahui juga memiliki manfaat untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Bahan yang dikandung oleh kangkung memiliki manfaat untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan dan antiracun. Tanaman kangkung sudah mulai dibudidayakan sejak kurang lebih 2.500 tahun yang lalu, dengan dibuktikan terdapatnya tulisan purbakala mengenai tanaman ini sekitar 500 tahun SM
(Rukmana, 2005)




Tabel 3. Daya hasil beberapa varietas kangkung darat dari tiga kali panen   
              (umur 35, 49 dan 65 hari)
Varietas
Hasil kotor
(Ton/ha)
Hasil bersih
(% hasil kotor)
Rasa masak
Sutera
21,7
76
Sangat enak
Cinde
28,8
73
Enak
Biru
10,1
70
Enak
Suka Bumi
10,1
64
Sangat enak
Bangkok
23,9
69
Sangat enak
Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan (1983)
Tabel. 3 menunjukan bahwa daya hasil kangkung dalam tiga kali panen didapat varietas cinde merupakan varietas dengan hasil kotor dan hasil bersih tertinggi meskipun rasa masaknya dibawah varietas lain, sedangkan varietas suka bumi memiliki hasil kotor dan hasil bersih paling rendah tetapi rasa masaknya sangat enak(Rukmana, 2005).
Kangkung dalam sistematika tumbuhan diklasifikasi sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophyte (tanaman berbiji)
Sub-divisio       : Angiospermae (biji berada di dalam buah)
Kelas               : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Famili              : Convolvulaceae
Genus               : Ipomoae      
Spesies             : Ipomoae reptans F.
Dari suku kangkung-kangkungan ini masih terdapat beberapa jenis lainnya seperti kangkung hutan atau kangkung pagar (I. Fistulosa Mart. Ex. Choisy), rimcik bumi (I. quamoqlit), dan I. tribola L. yang tumbuh liar di hutan.
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung  tingginya 45 cm atau apabila  dibiarkan memanjang dapat sampai 2 meter. Secara morfologi, beberapa organ penting yang terdapat pada kangkung adalah sebagai berikut (Rukmana, 2005) :
a.    Daun
            Tangkai daun melekat pada buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi perkecambahan baru. Bentuk daun kangkung umumnya seperti jantung hati ujung runcing atau tumpul.
            Daun kangkung memiliki bentuk, ukuran, dan warna uang beragam pada varietasnya. Misalnya, jenis kangkung air memiliki bentuk daun agak panjang dengan ujung yang tumpul, berwarna hijau-kelam, sedangkan kangkung darat meiliki bentuk daun panjang dengan ujung runcing.
b.      Batang
            Batang kangkung berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang. Batang kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan perkecambahannya banyak.
c.       Akar
            Kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang akarnya akan menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air.
d.      Buah
            Buah kangkung berbentuk polong, bulat, seperti telur. Di dalam polong berisi tiga butir biji yang berukuran sangat kecil.

e.       Biji
            Biji kangkung berbentuk persegi atau agak bulat, berwarna, coklat atau kehitaman. Biji kangkung merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
f.       Bunga
            Bunga kangkung berbentuk seperti terompet. Mahkota bunga setiap jenis kangkung berbeda, kangkung air berwarna putih kemerahan dibagian tengahnya, sedangkan bunga kangkung darat berwarna putih polos.

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kangkung
            Sumber daya dan ekosistem di wilayah Indonesia sangat bervariasi, terutama kondisi jumlah curah hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan berkisar antara 500-5000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
            Kangkung mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah di daerah tropis, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah atau wilayah di Indonesia. Prasyarat tumbuh yang harus diperhatikan dalam perencanaan budidaya kangkung menurut (Rukmana, 2005) adalah sebagai berikut:
1.        Iklim
            Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai di dataran tinggi (pegunungan) ± 2.000 m dpl., dan diutamakan lokasi lahannya terbuka dan mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi), kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) namun sangat kurus.
2.        Tanah
            Prasyarat tanah yang paling ideal untuk pertumbuhan tanaman  kangkung  sangat tergantung pada jenisnya, yakni:
a.    Kangkung air membutukan tanah yang banyak mengandung air dan lumpur, misalnya di rawa, pesawahan, atau di kolam. Pada  tanaman yang kurang air (kekeringan), tanaman kangkung air pertumbuhannya akan kerdil, lambat, rasanya menjadi liat (kelat)
b.    Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak tergenang (becek). Pada tanah yang becek, akar dan batang kangkung darat akan mudah membusuk dan mati.

C. Teknik Budidaya Tanaman Kangkung
Istilah hidroponik berasal dari istilah Yunani yaitu hidro yang berarti air dan ponos berarti kerja. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan cara bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. Hidroponik disampaikan pertama kali oleh W.A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan W.F. Gericke dari university yang sama, dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam.
Berdasarkan medium tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu (Lingga, 1984) :
1.      Kultur Air
      Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Tanaman ditumbuhkan pada medium tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.
2.      Kultur Agregat
      Medium tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lainNYA yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi medium tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.
3.      Nutrient Film Technique (NFT)
      Teknik  ini dilakukan dengan memelihara tanaman  dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Saluran tersebut diberi air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut.


Gambar 1. Bak Tanam (Agriwacana, 2011)
            Gambar 1 adalah alat budidaya tanaman hidroponik, komponen penyusun alat hidroponik antara lain: penerangan buatan, pompa udara, pemanas, pendingin, potometer,  bak air, dan  pengatur suhu. Berikut faktor penting dalam budidaya hidroponik (Prihmantoro, 1996):
1.        Unsur Hara
Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena medium hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.
Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5,5 – 7,5 tetapi yang terbaik adalah 6,5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman.
Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.
2.        Medium Tanam Hidroponik
Jenis medium tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Medium yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Medium yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen dengan tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.
Bahan yang biasa digunakan sebagai medium tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai medium tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan medium. Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban medium akan berlainan antara medium yang satu dengan medium yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai medium.
3.        Arang Sekam
Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai medium tanam secara komersial pada sistem hidroponik. Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, Cu dalam jumlah relatif kecil dan bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar, sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8,5 – 9,0), dan dapat menghilangkan pengaruh penyakit dan gulma.
4.        Oksigen
Keberadaan oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus. Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang.
Tingkat oksigen di dalam pori untuk medium mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat.
5.        Air
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mm hos/cm dengan tidak mengandung logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.




D. Pelaksanaan Budidaya Tanaman Kangkung secara Aeroponik
1. Persiapan Medium Semai
Sebelum melakukan persemaian, sempuran medium semai diaduk dahulu secara merata.
2. Persemaian tanaman
a. Persemaian benih besar
Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya dilakukan perendaman di dalam air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung ditanamkan dalam medium semai yang berisi medium dan telah disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal 4-5 mm di bawah permukaan medium.
Transplanting bibit dari medium semai ke medium yang lebih besar dapat dilakukan ketika tinggi bibit sekitar 12-15 cm (28-30 hari setelah semai).
b. Persemaian benih kecil
Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara persemaiannya berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan medium semai dengan medium setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata. Benih yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan medium semai secara merata, kemudian ditutup dengan medium semai tipis-tipis (3-5 mm). Setelah itu permukaan medium semai ditutup dengan kertas tisu yang telah dibasahi dengan hand sprayer kemudian simpan di tempat gelap dan aman. Medium semai sebaiknya dikenakan sinar matahari tip pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat. Setelah benih mulai berkecambah, kertas tisu dibuang. Setelah bibit mencapai tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam polibag pembibitan.
c. Perlakuan semai
Bibit kecil yang telah berkecambah di dalam medium semai perlu disirami dengan air biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat menyebabkan serangan penyakit busuk.
3. Pembibitan
Setelah bibit berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu dipindahkan dari medium semai ke pot/polibag pembibitan agar dapat tumbuh dengan baik. Caranya adalamh dengan mencabut kecambah di medium semai (umur 3-4 minggu setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada polibag pembibitan.
Transplanting/ pindah tanam
Sebelum dilakukan pindah tanam, perlu dilakukan persiapan medium tanam, yaitu dengan mengisikan medium tanam ke polibag. Sebaiknya pengisian dilakukan di dekat lokasi penanaman di dalam rumah kaca agar sterilitas medium tetap terjaga.
Setelah medium tanam siap dan dibuatkan lubang tanam, maka transplanting siap dilakukan. Transplanting dilakukan dengan membalikkan pot pembibitan secara perlahan-lahan dan menahan permukaannya dengan jemari tangan (bibit di jepit diantara jari telunjuk dan jari tengah). Jika pada pembibitan digunakan polibag, maka cara transplanting dapat dilakukan dengan memotong/menggunting dasar polibag secara horizontal (Kanisius, 1992).
4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara kontinu, dengan indikator apabila medium tumbuh dipegang dengan tangan terasa kering. Medium tanam hidroponik bersifat kering sehingga penyiraman tanaman jangan sampai terlambat. Jenis dan cara penyiraman adalamh sebagai berikut:
a. Penyiraman manual
Penyiraman dilakukan dengan handsprayer, gembor/emprat atau gayung. Cara penyiramannya adalamh sebagai berikut :
a.1 masa persemaian.
Cara penyiraman untuk benih berukuran kecil cukup dengan handsprayer 4-5 kali sehari untuk menjaga kelembaban medium. Untuk benih berukuran besar digunakan gembor/emprat berlubang halus atau tree sprayer.
a.2 masa pembibitan.
Penyiraman dilakukan dengan gembor dilakukan sebanyak 5-6 kali sehari dan ditambahkan larutan encer hara.
a.3 masa pertumbuhan dan produksi.
Penyiraman dilakukan dengan memberikan 1,5-2,5 l larutan encer hara setiap harinya.



b. Penyiraman otomatis
Penyiraman dapat dilakukan dengan Sprinkle Irrigation System dan Drip Irrigation System, yaitu sistem penyiraman semprot dan tetes. Sumber tenaga berasal dari pompa.
5. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman yang perlu dilakukan antara lain adalamh :
a. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Misal pada tomat hanya dipelihara satu batang utama untuk produksi.
b. Pengikatan
Tanaman yang telah berada di medium tanam selama 7 hari memerlukan penopang agar dapat berdiri tegak sehingga tanaman dapat tumbuh rapi dan teratur. Penopang tersebut diberikan dengan cara mengikat tanaman dengan tali (benang rami).
c. Penjarangan bunga (pada sayuran buah)
Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar. Namun hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan bunga.
d. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang, ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Penyakit tanaman kangkung penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
Pengendalian dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan pestisida. Biasanya penyakit yang menyerang kangkung seperti (Rukmana,2005) :
1)      Penyakit mosaik (Ipomoea mosaik virus) disebabkan oleh virus Y kentang (Potato virus Y)
2)      Penyakit karat daun disebabkan cendawan Albugo ipomoeae-panduratae. Penyakit ini biasanya menyerang kangkung di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Imdonesia.
3)      Penyakit busuk daun pada kangkung disebabkan oleh cendawan (jamur) Bremia latucae regel.
4)      Penyakit busuk Rhizoctonia disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn.
5)      Penyakit bercak daun Cercospora pada daun kangkung disebabkan oleh cendawan Cercospora iongisima. Sacc. Nama lain cendawan tersebut adalamh Cercospora lactucae Stev, Cercospora lactucae indicae Saw.



6. Panen dan Pasca panen
a.      Pemanenan
Panen pertama dapat dilakukan pada hari ke 12 dengan panjang kira-kira 20 -25 cm atau ketika berumur  20 – 22 hari setelah tanam (Susila, 2006). Dalam pemanenan perlu diperhatikan cara pengambilan buah/ hasil panen agar diperoleh mutu yang baik, misalnya dengan menggunakan alat bantu pisau atau gunting panen. Cara panen yang benar dan hati-hati akan mencegah kerusakan tanaman yang dapat mengganggu produksi berikutnya.
Kriteria panen masing-masing jenis sayuran berlainan satu sama lainnya dan tergantung dari pasar. Makin besar buah belum tentu makin mahal/laku, malah termasuk kriteria buah afkir sehingga waktu panen yang tepat dan pengawasan pada proses produksi perlu diperhatikan.
b.      pasca panen
Pemasaran produk hasil budidaya hidroponik sangat dipengaruhi oleh perlakuan pasca panen. Standar harga penjualan produksi tergantung dari menarik atau tidaknya produk yang dihasilkan, terutama dilihat dari penampilan produk (bentuk, warna, dan ukuran). Perlakuan pasca panen sangat penting karena kualitas produk tidak semata-mata dari hasil produksi saja, melainkan sangat tegantung dan ditentukan oleh penanganan pasca panen, kemasan, sistem penyusunan, metode pengangkutam maupun selektivitas produk. Kerusakan produk dapat dikurangai dengan penanganan pasca panen yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pada produk yang dijual.

III. METODE KERJA PRAKTIK
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
            Kerja praktik dilaksanakan selama 25 hari, mulai tanggal 1 Juli – 1 Agustus 2011. Tempat kerja praktik di Parung Farm, Parung, Bogor yaitu suatu perusahaan bidang pertanian yang mengusahakan budidaya kangkung dengan teknologi hidroponik.
B. Materi Kerja Praktik
            Materi atau objek yang dikaji dalam kerja praktik adalamh kangkung (Ipomoea reptans. F) dengan teknologi hidroponik dengan sistem aeroponik.
C. Metode Kerja Praktik
            Metode yang digunakan dalam kerja praktik adalamh:
1.       Berpartisipasi aktif dalam kegiatan budidaya kangkung secara hidroponik di Parung Farm, Parung, Bogor.
2.       Survei terhadap kegiatan budidaya kangkung secara hidroponik di Parung Farm, Parung, Bogor.
3.       Wawancara, mengajukan pertanyaan kepada para staf dan pekerja setempat yang menangani budidaya kangkung secara hidroponik di Parung Farm, Parung, Bogor.



D. Cara Pengambilan Data
1.       Data Primer
Data  primer diperoleh dari hasil survei, pengamatan, dan praktik langsung dengan wawancara dengan staf dan pekerja di Parung Farm mengenai budidaya tanaman kangkung secara hidroponik dan permasalahannya.
2.       Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari:
a.       Data informasi yang ada di Parung Farm.
b.       Catatan, buku, dokumen, dan pustaka lain yang berhubungan dengan budidaya tanaman kangkung secara hidroponik.













IV. HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
A. Keadaan Umum Parung Farm
1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Indonesia adalamh negara agraris kaya akan hasil bumi, namun teknologi untuk memajukan pertanian nasional masih lesu. Teknologi yang ada sulit berkolaborasi dengan pemain yang ada di lapangan. Tapi Parung Farm mencoba untuk memulainya dengan segenap tenaga yang dimilikinya. Try and Error masih sering terjadi sejak 15 tahun yang lalu. Walaupun demikian, sekarang dapat dikatakan bahwa Parung Farm adalamh salah satu produsen sayur dan buah terbesar dan terbaik di Indonesia dengan metode hidroponik dan aeroponik.
Parung Farm merupakan sebuah brand yang diusung oleh Parung Farm yang berdiri sejak tahun 2003. Produknya terbagi menjadi tiga golongan, yaitu kangkung, non kangkung (caisim, bayam hijau dan merah, pak-choi hijau dan putih, selada, petsai, dan kalian), dan tomat. Semua produk ini sudah tersebar di semua supermarket dan hypermarket seperti Carrefour, Giant, Hypermart, Makro, Hero, dan masih banyak lagi.
Parung Farm yang didirikan oleh Bapak Soebagyo Karsono pada bulan Juli 1998. Bulan Nopember 1998, beberapa orang Sarjana Pertanian dari BPPT (Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi) memperkenalkan sebuah teknologi pertanian yang dikenal dengan nama hidroponik (hydroponic) kepada pendiri sekaligus pemegang saham terbesar di perusahaan ini. Bapak Soebagyo Karsono  sangat tertarik dengan teknologi ini, mengingat dalam sistem ini, teknologi sangat memegang peranan penting. Oleh karena itu, Bapak Soebagyo Karsono  pun mulai mempelajari berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya dari buku, melakukan pencarian informasi dari internet, melakukan korespondensi dengan tenaga ahli dari luar negeri, dengan berdiskusi dengan para tenaga ahli dari beberapa Fakultas Pertanian, khususnya IPB, dan juga dengan para praktisi. Setelah mengetahui secara dasar berbagai teknologi hidroponik, Bapak Soebagyo Karsono  mencoba melakukan eksperimen dengan tujuan untuk dapat menurunkan biaya investasi maupun modal kerja. Bapak Soebagyo Karsono  bermaksud untuk menemukan teknologi yang low cost (baik dilihat dari segi biaya investasinya maupun dari biaya operasionalnya). Eksperimen tersebut dilakukan di dalam greenhouse (Gambar 2) seluas 400 m2 dengan jumlah 750 tanaman yang terdiri atas 150 tanaman mentimun jepang varietas spring swallow, 150 tanaman paprika varietas spartacus, 150 tanaman melon varietas eagle,  dan 300 tanaman tomat varietas recento.
           Gambar 2. Greenhouse.
 Berbagai kegiatan juga dilakukan dalam agribisnis pertanian antara lain dengan mengadakan penelitian, penyuluhan, pelatihan, dan melakukan kerjasama dengan para alumni pedengan pelatihan untuk mengembangkan budidaya tanaman secara hidroponik.
Selain mengembangkan bisnis di bidang sayuran dan buah secara hidroponik dan aeroponik, Parung Farm juga mempunyai dua unit bisnis lainnya yaitu CV. Kebun Anggrek dan Unit Pendidikan dan Pelatihan. Dua  unit ini didirikan karena berfungsi untuk mengembangkan  potensi wilayah di sekitar Parung Farm dan membuka lapangan usaha bagi masyarakat sekitar.
2. Lokasi Perusahaan
            Dalam melakukan sebuah kegiatan usaha lokasi merupakan faktor penting yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan guna mengembangkan dan memajukan roda usaha. Parung Farm Parung Farm berlokasi di Jl. Raya Parung Kav. 546 Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Batas wilayah parung meliputi :
            1. Sebelah Utara          : Kecamatan Gunung Sindur
            2. Sebelah Selatan       : Kecamatan Kemang
            3. Sebelah Barat          : Kecamatan Sawangan
            4. Sebelah Timur         : Kecamatan Ciseeng






 















Gambar 3. Denah Lokasi Parung Farm.
3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Keberhasilan dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha tergantung pada sistem manajemen dan struktur organisasi yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Organisasi perusahaan Parung Farm terbagi dalam beberapa unit yaitu unit Kebun Sayur Segar, unit Kebun Anggrek, dan unit Pendidikan dan Pelatihan. Susunan organisasi Parung Farm adalamh sebagai berikut:
1.      Pimpinan/Pemilik           : Drs. Soebagyo Karsono
2.      Manajer Umum              : Ir. Matius Aritonang
3.      Manajer Produksi           : Yudi Supriyono, SE
4.      Manajer Pemasaran        : Dedi Siswadi.
Pimpinan perusahaan merupakan pemilik sekaligus orang yang mengkoordinir semua kegiatan perusahaan. Manajer umum bertugas menangani segala hal baik bagian produksi maupun pemasaran. Manajer produksi bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan produksi sayuran. sedangkan manajer pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan hasil produksi. Adapun srtuktur organisasi Parung Farm disajikan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Bagan struktur organisasi Parung Farm.

B. Kesesuaian Antara Lingkungan di Parung Farm dengan Teknik Budidaya Tanaman Kangkung  Secara Aeroponik

Investasi tinggi memang menjadi kelemahan dari metode hidroponik dan aeroponik. Namun, banyak kelebihan yang dapat diambil dari situ. Metode ini mempunyai produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan metode konvensional di tanah karena produktivitas sistem ini hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibanding menanam di tanah. Belum lagi kalau berbicara tentang stabilitas. Faktor yang harus dikendalikan pada metode ini lebih sedikit karena hanya melakukan perlakuan air yang betul-betul harus dijaga komposisi dan pH nya. Tidak perlu memikirkan tanah yang ada.
Air yang digunakan di Parung Farm sedemikian rupa diatur sampai standarnya sama dengan air minum manusia. Ada sebuah tempat penampungan air khusus yang digunakan untuk treatment air tersebut. Air yang sudah digunakan juga dikembalikan ke tempat penampungan khusus itu untuk dimodifikasi dan digunakan kembali. Pengaturan seperti ini tidak akan mengganggu lingkungan. Hidroponik dan aeroponik memang tidak membantu memulihkan lingkungan seperti budidaya tanaman organik tetapi juga tidak merusak lingkungan karena tidak ada residu yang dibuang ke lingkungan.






V. PEMBAHASAN
A. Teknik Budidaya Kangkung secara Hidroponik dengan Konsep Aeroponik

1. Persiapan Lahan Semai
            Pada proses budidaya tanaman kangkung secara hidroponik. Lahan yang digunakan untuk penyemaian benih menggunakan medium kerikil. Kerikil yang digunakan khusus untuk menyemai benih. Pada lahan persemaian di Parung Farm terdapat sekitar 20 bed dengan ukuran luas 20m x 2m yang digunakan untuk menyemai. Cara pembuatan lahan persemaian yaitu dengan membuat lantai semen pada tanah datar, kemudian dilapisi dengan terpal plastik agar air tidak tembus ke tanah dan di atas nya diberi medium kerikil sebagai pengganti tanah. Kerikil dipilih agar tanaman mudah dicabut dan air mudah untuk mengalir. Tanah yang sudah dibeton disebut dengan bedengan. Bedengan dibuat agak miring agar air mudah mengalir dari pipa yang digunakan untuk mengalirkan air ke lahan dan juga agar bibit tidak terendam air yang mengakibatkan pembusukan. Kerikil yang digunakan dicuci tiap dua minggu sekali agar menghindari atau menghilangkan lumut yang tumbuh. Apabila lahan sudah dibersihkan dan siap pakai maka dibuat alur persemaian untuk menyebarkan benih kankung (Sutiyoso, 2003).
            Ada pula beberapa tanaman yang diambil dari lahan organik. Ukuran bedengan 20m x 2m dengan tanah biasa tetapi pemberian nutrisi tidak secara langsung, melaikan melalui jet spray yang dibuat sendiri oleh pihak parung farm dengan menggunakan pipa yang disambung-sambungkan dan diberi lubang untuk keluarnya nutrisi.
2. Persiapan Bak Tanam dan Medium
            Bak tanam (Gambar 5) digunakan untuk menanam tanaman yang berasal dari lahan persemaian lalu dipindahkan ke bak tanam sampai masa panen. Bak tanam yang terdapat di Parung Farm ada 2 jenis, yaitu ukuran panjang 8m, lebar 2m, tinggi 50cm dan ukuran panjang 12m, lebar 2m dan tinggi 50cm. Bagian  dasar bak tanam dilapisi terpal plastik warna gelap untuk merangsang pertumbuhan akar. Medium yang digunakan untuk tempat menggantung tanaman kangkung menggunakan sterofoam. Sterofoam yang digunakan berukuran 1m x 1m dan pada sterofoam itu dibuat lubang sebanyak 49 lubang dengan jarak tiap lubang 15cm x 15cm dan diameter 2cm. sterofoam diletakkan di atas bak tanam sebagai medium pengganti kerikil di lahan persemaian dan dibawah sterofoam itu terdapat jetspray guna menyemprotkan air nutrisi dari bak. Sterofoam digunakan karena selain ringan juga mudah dibersihkan dari sisa tanaman dan lumut.
ilustrasi-aeroponik1
Gambar 5. Bak Tanam Aeroponiks

3. Persiapan Sarana Irigasi
            Sayuran dengan sistem aeroponik mempunyai kunci yang terletak pada tata irigasinya. Irigasi yang baik mendukung terciptanya tanaman agar tidak cepat layu dan mati sehingga tidak gagal dalam menanam. Irigasi pada aeroponik menggunakan pipa. Pipa tersebut menyambung dari bak penampungan air nutrisi dan dialirkan ke lahan/bak tanam lalu disemprotkan dengan menggunakan jetspray.
            Sarana irigasi menggunakan timer (Gambar 6) yang berfungsi untuk mengatur intensitas penyemprotan nutrisi ke tanaman. Timer ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Lama waktu yang digunakan Parung Farm selama satu menit mati dan satu menit menyala. Selama jeda satu menit mati, sisa air yang sudah disemprotkan ke akar sayuran akan kembali lagi ke bak air nutrisi melalui pipa sirkulasi yang terletak di dasar bak tanam (Gambar 7).
Gambar 6. Pembuatan timer.
Gambar 7. Bak tanam.
4. Persiapan Medium Tanam
            Medium tanam dapat juga diartikan sebagai tempat menumbuhkan tanaman agar tanaman dapt tumbuh dan berkembang. Di Parung Farm menggunakan medium tanam berupa rockwool. Rockwool merupakan salah satu medium tanam yang banyak digunakan oleh para petani hidroponik di Eropa. Medium tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan medium lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh medium tanam ini.
Rockwool (Gambar 8) terbuat dari batuan basalt yang dipanaskan mencapai suhu 1.600°C sehingga meleleh menjadi seperti lava, dalam keadaan mencair ini, batuan tersebut disentrifugal terbentuk serat. Setelah mendingin kumpulan serat ini dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan petani. Karena dipanaskan dengan suhu sangat tinggi maka secara otomatis penyebab penyakit juga mati.
Gambar 8. Rockwool.
Rockwool untuk medium tanam hidroponik ini berbeda dengan rockwool untuk bahan isolasi suara (peredam). Rockwool untuk peredam pada umumnya tidak dapat menyimpan air. Tetapi rockwool untuk medium tanam dipilih dari batuan khusus yang dapat menahan air sehingga dapat menyimpan air dan nutrisi tanaman. Rockwool untuk medium tanam terbagi atas beberapa jenis berdasarkan periode pemakaian, yaitu sekali tanam, dua kali tanam dan tiga kali tanam.
5. Pembuatan dan Persiapan Nutrisi
            Nutrisi hidroponik dibuat dengan menggabungkan hara makro dan hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Unsur hara makro adalamh unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak, terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S. Apabila tanaman kekurangan unsur hara makro akan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur hara mikro adalamh unsur hara yang diperlukan oleh tanaman tetapi dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro ini mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Jika kekurangan unsur hara mikro ini maka tanaman tidak akan tumbuh dengan optimal. Jenis unsur hara mikro ini adalamh Mn, Cu, Fe, Mo, Zn, B (Wijayani, 1998).
Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun otomatis pada larutan nutrisi (Gambar 9).
Gambar 9. Bak nutrisi.

 Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama dalam hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat dipertahankan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk tanaman sayuran suhu optimal antara 5-150 C dan tanaman buah antara 15-250 C. Beberapa tanaman sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu yang optimal.
Pembuatan dan pemberian nutrisi harus memperhatikan keseimbangan antara ppm, pH dan EC. Ppm atau disebut juga satuan konsentrasi larutan yaitu jumlah zat terlarut berbanding dengan pelarutnya. Ukuran ppm untuk sayuran biasanya berkisar <2500ppm. pH (potensial Hidrogen/power of Hidrogen) menunjukkan derajat kemasaman dan tinggi rendahnya angka pH akan mempengaruhi daya larut unsur hara yang dapat diserap oleh akar. Ukuran pH normal pada tanaman sayuran berkisar 5,5-6,5, sedangkan EC (Electro Conductivity) merupakan ukuran listrik didalam air yang menunjukkan kepekatan suatu nutrisi dan juga menunjukkan cocok atau tidaknya suatu nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Ukuran EC maksimal di Indonesia berkisar 2,5-3 mS/cm.
Formulasi nutrisi yang digunakan pada Parung Farm dibagi menjadi dua larutan yaitu larutan A dan larutan B. Larutan A mengandung unsur hara makro  dan pada larutan B mengandung unsur hara mikro. Kedua larutan ini sering disebut juga larutan AB Mix (Gambar 10). Berikut formulasi pada Tabel 4 yang digunakan Parung Farm.
Tabel 4. Formulasi Nutrisi Larutan AB Mix
Bahan Kimia
Jumlah (gram/1 liter)
Pekatan A
Calsinit (Kalsium Nitrat)
Kristaka Kalium Nitrat
BMX
Total

333.3
150.4
16.3
500
Pekatan B
Kristaka MKP Ammonium Fosfat
Solufoltasse
Magnesium Sulfat
Total

127
79.3
258
500
Sumber: Parung Farm, 2011
            Formulasi pada Tabel 4. akan terus dimodifikasi oleh pihak perusahaan untuk meningkatkan hasil maksimal dan ramuan baru sudah dipersiapkan puhak parung farm.
Gambar 10. Peralatan campuran pupuk A-B mix.

6. Penyemaian
            Tahap penyemaian yang dilakukan Parung Farm dengan cara benih disemai di dalam greenhouse agar tidak terkena air saat hujan yang mengakibatkan benih hilang terbawa air ataupun terkena panas matahari yang mengakibatkan benih mati kepanasan. Benih tersebut disebar dilahan persemaian yang telah disiapkan. Selama proses penyemaian benih disiram dengan air larutan AB mix (Gambar  10) pada pagi hari dan pada siang sampai sore disiram dengan air biasa. Setelah berumur 10-15 hari benih yang sudah tumbuh menjadi bibit dipindahkan ke lahan penanaman untuk sampai proses panen (Gambar 11).
Gambar 11. Pindah tanam.
7. Penanaman
            Proses penanaman dilakukan pada saat bibit kangkung berumur 10-15 hari. Bibit dibungkus dengan potongan rockwool dan dimasukkan ke dalam Jelly cup (Gambar 12) yang telah dilubangi bawahnya agar akar bibit kangkung menggantung (Gambar 13). Hal ini dilakukan agar akar tidak mengalami pembusukan dan bibit dapat tumbuh dengan baik.
Gambar 12. Jelly cup.
Gambar 13. Bibit kangkung siap tanam.
Rockwool dan Jelly cup berfungsi sebagai penyangga agar tanaman dapat menggantung dilubang-lubang yang terdapat di Styrofoam. Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 – 09.00 dan pada siang hari sekitar pukul 14.00 – 15.00 (Gambar 14).
Gambar 14. Kangkung setelah pindah tanam ke aeroponik.

Selama masa penanaman bibit yang menggantung di styrofoam ini disemprot dengan menggunakan springkle yang terdapat didalam bak tanam dan diatur penyemprotannya selama 1 menit mati dan 1 menit hidup menggunakan timer ( Sutiyoso, 2003).
8. Pemeliharaan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman
            Pemeliharaan yang dilakukan Parung Farm adalah melakukan penyulaman tanaman, pengecekan EC dan pH larutan. Penyulaman adalamh mengganti bibit tanaman yang rusak atau mati dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan secepatnya atau paling lambat dilakukan dua minggu setelah penanaman agar pertumbuhan tanaman seragam. Pengecekan EC dan pH larutan dilakukan setiap pagi dan pada sore harinya dilakukan pengecekan saluran untuk mencegah adanya kebocoran-kebocoran maupun penyumbatan pada pipa saluran. Selain itu pemeliharaan juga meliputi penyiraman sekaligus pemupukan. Penyiraman dan pemupukan dilakukan menggunakan alat bantu timer (Gambar 15) karena sistem irigasinya terus berjalan selama 24 jam.
Gambar 15. Timer.
Pengendalian terhadap hama dan penyakit pada sayuran aeroponik tidak dilakukan pemberian insektisida dan fungisida karena sayuran aeroponik ini menghasilkan produk non pestisida. Jadi apabila tanaman terserang hama dan penyakit maka tindakan yang diambil adalah membuang tanaman yang terserang tersebut agar tidak menular kepada tanaman lainnya dan membersihkan styrofoam dari ganggang hijau Chlorophyceae. Selain itu, dilakukan sterilisasi pada kolam dan talang. Sterilisasi pada kolam dilakukan dengan cara mengurasnya kemudian memberi kaporit 4,5 gram/m3 sedangkan sterilisasi pada talang dilakukan dengan memberi formalin 4%.
9. Panen dan pasca panen
            Pemanenan dilakukan jika kangkung sudah mencapai umur tertentu dan yang dilihat adalamh tinggi sayuran sesuai dengan permintaan pelanggan. Secara umum sayuran yang ditanam secara aeroponik mempunyai umur panen yang lebih singkat karena terjaminnya ketersediaan makanan dengan pemberian nutrisi setiap saat. Sayuran kangkung memiliki umur panen rata-rata 20 – 22 hari setelah tanam. Jumlah hasil panen kangkung dengan menggunakan aeroponik adalah 1,96 kg/m­2 dengan jumlah lubang tanam 81 lobang/ styrofoam dan jumlah Styrofoam 16 per bedengan, dengan jumlah bedengan sebanyak 64 buah
            Panen dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 08.00 dan pada siang hari pukul 15.00 – 16.00 secara manual (Gambar 16). Cara pemanenan yaitu dengan memegang batang bawah tanaman kangkung tepat di atas  bukan pada bagian badan tanaman, dengan begitu tanaman tidak cepat rusak dan tidak layu setelah dipanen. Setelah dicabut dari styrofoam, kemudian dimasukkan dan disusun ke dalam tray dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan yang nanti akan berpengaruh pada mutu dari sayuran tersebut. Kemudian tray tersebut dibawa ke ruang pengemasan untuk kenudian dilakukan proses pascapanen berikutnya (Kanisius, 1992)
.
Gambar 16. Hasil panen kangkung aeroponik.
            Proses penanganan pasca panen yaitu semua kegiatan yang dilakukan dari proses panen hingga tanaman siap dipasarkan ke konsumen. Tujuannya yaitu agar mempertahankan mutu; memperkecil susut; dan meningkatkan nilai jual. Penanganan harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan komoditasnya. Jika tidak tepat, tentunya akan mengurangi kualitas produk. Tahapan penanganan pascapanen adalamh sebagai berikut:
  1. Sortasi
Sortasi merupakan kegiatan pemisahan sayuran kangkung berdasarkan ukurannya untuk mempermudah proses pengemasan. Sortasi ditunjukan untuk memisahkan kangkung yang baik dan bermutu dengan kangkung yang kurang baik atau rusak. Sortasi dilakukan dengan membuang bagian sayuran kangkung yang tidak dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Parung Farm sendiri mempunyai klasifikasi sortasi kangkung yang layak dijual yaitu :
    1. Tidak mengalami daun robek atau berlubang.
    2. Tidak terserang hama dan penyakit.
    3. Batang atau daun tidak patah.
    4. Tidak mengalami gejala penyakit.
    5. Tidak berpenampilan buruk, warna daun cerah.
  1. Pencucian
Setelah proses pensortiran tanaman dicuci hingga bersih agar sisa-sisa kotoran dapat berkurang atau hilang sebelum dikemas. Proses pencucian cukup dilakukan dengan menggunkan air bersih saja sehingga tidak perlu menambahkan  bahan-bahan kimia karena tanaman bebas pestisida dan fungisida.
  1. Pengemasan
Setelah tanaman disortir dan dicuci tahap selanjutnya yaitu tanaman ditimbang terlebih dahulu dengan takaran 250 g. Kemasan yang digunakan di Parung Farm ada dua jenis yaitu ikat dan pak. Untuk kemasan ikat menggunakan selotip bertuliskan fresh vegetables dan stiker Parung Farm. Untuk kemasan pak menggunakan kemasan plastik bertuliskan dan berlogo Parung Farm dengan ukuran kemasan 50 x 30 cm (Gambar 17). Setelah tanaman dimasukkan kedalam kemasan lalu direkatkan dengan alat impacealer.
Gambar 17. Kangkung dalam kemasan.

  1. Penyimpanan
Kangkung yang telah dikemas, disimpan di dalam ruang pendingin (cold storage) sebelum dikirim ke supermarket atau ke outlet. Sayuran yang disimpan dalam ruang pendingin dapat bertahan lebih lama. Lama penyimpanan dalam ruang pendingin adalamh tiga hari, maka bila sayuran telah disimpan selama lebih dari tiga hari di cold storage tidak dapat dipasarkan lagi. Tetapi sayuran disimpan hanya satu malam dalam ruangan pendingin karena pada pagi harinya sayuran harus dikirim ke supermarket atau ke outlet.
B. Prinsip Kerja Sistem Aeroponik
Titik utama aplikasi aeroponik di lapang adalamh tekanan yang dihasilkan oleh pompa harus tinggi dan kesesuaian desain instalasi. Tekanan tinggi pada selang saluran akan menghasilkan butiran air berbentuk kabut. Permasalahan dilapang untuk teknik aeroponik pada umumnya adalamh tekanan yang dihasilkan pompa kurang tinggi sehingga terkreasi butiran air kasar bukan kabut sehingga butiran air menurun. Semakin kecil butiran air maka permukaan butiran air semakin luas. Semakin luas permukaan butiran air maka persinggungan dengan udara semakin banyak. Semakin banyak persinggungan dengan udara maka kemungkinan penambatan O2 oleh butiran air semakin besar.
Interval penyemprotan sprinkler dapat memakai acuan yaitu 10 menit semprot dan 15 menit berhenti. Secara umum, interval mati (off) penyemprotan sebaiknya tidak lebih dari 15 menit karena dikhawatirkan tanaman akan layu. Interval penghentian penyemprotan disesuaikan dengan jenis tanaman. Butiran larutan yang melekat pada akar dapat bertahan selama 15-20 menit ketika penyemprotan dihentikan. Pancaran atau pengabutan juga dapat diberikan mulai dari pagi sampai sore hari. Malam hari, pengabutan tidak mutlak dilakukan, karena pada malam hari tanaman melakukan proses respirasi. Pemberian pancaran yang kontinyu memberi pengaruh positif pada kecepatan pertumbuhan tanaman, waktu panen yang lebih singkat, sehingga frekuensi penanaman per tahun dapat ditingkatkan dan produktivitas lebih tinggi. Namun di Parung Farm, waktu yang digunakan pada penyemprotan menggunakan timer selama 1 menit mati dan 1 menit menyemprot. Ini dikarenakan agar kualitas tanaman tetap terjaga agar tanaman tidak layu dan mengalami gagal tumbuh.
Medium perakaran yang paling efektif adalamh medium yang mampu menyediakan dan mengirim O2 paling banyak ke perakaran tanaman. Tanah padat menyediakan 20-30 % O2 untuk akar. Medium tanam kombinasi non tanah menyediakan hingga 50 % O2 dan hidroponik 80% untuk akar. Maka, aeroponik dengan langit sebagai batas memungkinkan akar memperoleh O2 hingga 99%. Inilah alasan mengapa pertumbuhan tanaman aeroponik lebih pesat daripada tanaman memakai metode konvensional (Prihmantoro et al., 1996).
Aeroponik sesuai dengan kaidah konservasi air dan nutrisi. Evaporasi pada sistem aeroponik hingga mencapai O% karena sistem terisolasi (sealed). Sisa air yang tidak menempel di akar akan kembali ke larutan yang ada di bawah. Sirkulasi air dan interval penyemprotan dikontrol dengan timer, sehingga tanaman akan mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Aeroponik meningkatkan efisiensi penggunaan unsur hara. Pengabutan nutrisi yang otomatis diberikan langsung mengenai akar tanaman sehingga akar dapat menyerap nutrisi dengan lebih mudah. Sisa nutrisi yang tidak menempel di akar akan kembali lagi ke larutan yang ada dibawahnya, dan akan disemprotkan lagi (Sutiyoso, 2003).
Metode aeroponik juga mengoptimalisakan potensi lahan sempit karena tidak harus dibangun pada area yang luas. Aeroponik meminimalisasi resiko terkena damping off karena larutan tidak terkena genangan larutan nutrisi. Sayuran yang diproduksi dengan sistem aeroponik mempunyai penampilan cukup prima dengan mempunyai nilai gizi dan vitamin yang tinggi karena diberi nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Sistem aeroponik dapat meningkatkan pertumbuhan hingga 10 x lebih cepat pada beberapa tanaman semusim daripada menumbuhkan diatas tanah. Ledakan pertumbuhan yang pesat dikarenakan akar intensif memperoleh larutan nutrisi yang kaya  dan pertumbuhan minim cekaman lingkungan. Nutrisi mencapai perakaran secara langsung tanpa medium perantara. Sebab, medium perantara dapat menyerap nutrisi dan mengandung bakteri. Kecepatan hantar nutrisi metode aeroponik hingga mencapai 135 % lebih cepat daripada hidroponik yang lain.
Informasi tambahan tentang kegiatan pratik kerja lapang dapat dilihat pada lampiran 1 -4.



VI. ANALISIS SWOT
1. Strength (Kekuatan)
            Kekuatan yang dimiliki Parung Farm dalam menjalankan bisnis budidaya hidroponik ini yaitu mampu memperpendek umur tanaman pada saat panen menjadi 20 – 22 hari setelah masa tanam yang  biasanya tanaman kangkung akan panen pada saat umur 2 – 3 bulan. Hal ini disebabkan Parung Farm menggunakan teknologi hidroponik secara aeroponik dengan penambahan nutrisi yang dibuat sendiri.
2. Weakness (Kelemahan)
            Berdasarkan hasil pengamatan selama dilapangan, Parung Farm mempunyai kelemahan yaitu kurang dalam variasi memproduksi varietas sayuran dalam suatu wilayah karena verietas-varietas sayuran yang lain disuplai dari kebun didaerah lain milik Parung Farm.
3. Oppurtunity (Peluang)
            Peluang yang dimiliki Parung Farm adalamh dengan mengoptimalisasi lahan yang ada disekitar area lahan karena masih banyak lahan yang kosong untuk dibuka lahan yang baru lagi agar dapat menanam jenis varietas yang lain. Selain itu, peluang pasar juga terbuka lebar dikarenakan masih belum terlalu banyak supplier sayuran hidroponik didaerah-daerah lain.


4. Threat (Tantangan)
Parung Farm sebagai perusahaan yang bergerak dibidang sayuran hidroponik mempunyai tantangan. Tantangan ini berupa persaingan antar perusahaan yang memproduksi sayuran hidroponik dalam melepaskan hasilnya ke pasaran. Dalam mengatasi hal ini, Parung Farm meningkatkan kualitas dan kuantitas sayurannya agar mampu bersaing sehingga mutu sayuran hidroponiknya terjaga dan mem berikan yang terbaik bagi konsumennya.
















VII. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan selama proses kerja praktik lapang di Parung Farm, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Parung Farm yang merupakan pelopor berdirinya brand Parung Farm sebagai perusahaan yang memproduksi sayuran hidroponik dan kebun anggrek.
2.      Teknik budidaya secara aeroponik yang dilakukan Parung Farm sudah memenuhi standar prosedur teknik aeroponik. Ini terlihat dari adanya sarana dan prasaran yang mendukung dalam menggunakan teknik aeroponik.
3.      Kinerja yang dihasilkan Parung Farm sudah cukup baik sebagai supplier sayuran hidroponik. Selain itu Parung Farm juga memiliki bagian pendidikan dan pelatihan budidaya tanaman secara hidroponik sehingga masyarakat sekitar dapat mengenal dan belajar tanaman hidroponik.








B. Saran
Saran yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Parung Farm antara lain :
1.      Adanya koordinasi dan komunikasi antara karyawan dan kepala bagian sehingga suasana kerja dapat harmonis agar dapat meningkatkan dan memotivasi kinerja karyawan.
2.      Melakukan sharing antara karyawan dan kepala bagian dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam lingkup Parung Farm selama proses penanaman. Selain itu sharing dengan lembaga penelitian yang terkait dalam proses budidaya tanaman secara hidroponik.
3.      Teknologi yang sudah ada seperti timer dan sprayer harus dijaga dan diperbaiki apabila ada yang rusak. Sehingga dalam penggunaannya tidak perlu mengambil dari timer dari tamanan yang dibudidayakan lainnya.







DAFTAR PUSTAKA
Agriwacana. 2011. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. (On-line). www.agrilands.net. diakses tanggal 15 mei 2011.

Aksi Agraris Kanisius. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius,           Yogyakarta. Hal 34-36, 87.

Azis, A. 2006. Produktivitas Tanaman Kangkung pada Berbagai Dosis. Jurnal Agribisnis, Sulawesi.vol 2 pp 22.

Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis usaha Tani Kangkung. Semarang : CV Aneka Ilmu. Hal 23-27.

Lingga, P. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar         Swadaya, Jakarta. Hal 5-13.

Prihmantoro, H. dan Y. Indriani. 1996. Hidroponik Sayuran Semusim untuk           Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 2-30, 96-99.

Rukmana, R. 2005. Kangkung . Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-19, 30-33.

Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Hal 43.

Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sisitem Pengabutan.        Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 25-30, 37-41.

Wijayani. 1998. Bertanam secara Hidroponik. Agromedium Pustaka, Tangerang. Hal 19.









Lampiran 2. Jadwal Kegiatan






Lampiran 3. Nilai






Lampiran 4. Sertifikat

DAFTAR PUSTAKA
Agriwacana. 2011. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. (On-line). www.agrilands.net. diakses tanggal 15 mei 2011.

Aksi Agraris Kanisius. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius,           Yogyakarta. Hal 34-36, 87.

Azis, A. 2006. Produktivitas Tanaman Kangkung pada Berbagai Dosis. Jurnal Agribisnis, Sulawesi.vol 2 pp 22.

Cahyono, B. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis usaha Tani Kangkung. Semarang : CV Aneka Ilmu. Hal 23-27.

Lingga, P. 1984. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar         Swadaya, Jakarta. Hal 5-13.

Prihmantoro, H. dan Y. Indriani. 1996. Hidroponik Sayuran Semusim untuk           Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 2-30, 96-99.

Rukmana, R. 2005. Kangkung . Kanisius, Yogyakarta. Hal 11-19, 30-33.

Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Hal 43.

Sutiyoso, Y. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sisitem Pengabutan.        Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 25-30, 37-41.

Wijayani. 1998. Bertanam secara Hidroponik. Agromedium Pustaka, Tangerang. Hal 19.







5 komentar:

  1. Kepin, laporannya kaga kebaca jelas... warnanye meraaaahhhhhhhhh

    BalasHapus
  2. Bagus banget nih...
    InsyaAlloh bermanfaat, makasih atas info dan materinya,, :D

    BalasHapus
  3. 188bet.com Review | Welcome Bonus and Welcome Bonus
    188bet.com. sports betting, casino, poker and betting. Read our full review matchpoint of 188bet 188bet.com's customer service, banking methods, and promotions. Rating: bk8 4.8 · ‎Review by TopBet

    BalasHapus
  4. MOHEGAN: Casino & Sportsbook - JMTHub
    MOHEGAN 충주 출장마사지 - The casino operator of the MGM Grand 부천 출장마사지 Detroit and MGM National Harbor, 창원 출장마사지 the 서산 출장샵 first casino on the Las Vegas Strip in 35 years. 제주 출장마사지

    BalasHapus